New York: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan, Pertemuan ke-13 Negara-Negara Pihak dari Konvensi PBB mengenai Climate Change di Bali, Desember mendatang, harus berhasil. “Ini sudah menyangkut urusan Merah Putih, urusan Indonesia. Ini mempertaruhkan harga diri kita, standing kita,” kata Presiden pada acara buka bersama dan ramah tamah dengan tokoh masyarakat Indonesia, di Konsulat Jenderal RI, di New York, Amerika Serikat, Selasa (25/9) malam atau Kamis pagi di Jakarta.
PBB, ujar Presiden, telah menetapkan Indonesia sebagai tuan rumah perhelatan tersebut. “Ini sebuah kehormatan sekaligus tantangan. Maka tiada lain yang harus kita kerjakan selain harus berhasil,” SBY menambahkan.
Sebelumnya Presiden menguraikan jatuh-bangun diplomasi Indonesia di mata dunia. Tahun 1999, Indonesia pernah “disidang” dalam Sidang Dewan Keamanan PBB. Lalu, setahun kemudian, lagi-lagi kita dipersalahkan akibat insiden tewasnya tiga petugas PBB di Atambua. Saat itu PBB marah luar biasa dan Indonesia nyaris dikucilkan dunia. Ancaman embargo dan sangsi ekonomi.
Indonesia saat itu diwakili Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono dan Menlu Alwi Shihab. Harus menjawab semua tudingan tersebut. “Dalam keadaan seperti itu, saya taruh paper (naskah pidato; red) saya. Saya menjawab secara lisan dan langsung. Saya katakan saya tidak akan banyak membuat promise, saya akan berbuat. Silakan nanti melihat apa yang akan Indonesia perbuat,” kata SBY menceritakan kisah tersebut.
Pelan-pelan, dunia mulai mempercayai Indonesia. Tahun 2005, ketika Indonesia hadir kembali dalam Sidang Majelis Umum PBB, penilaian dunia mulai berubah. “Kali ini standing kita makin tinggi. Tahun-tahun terakhir ini diplomasi kita mendapat pengakuan internasional,” SBY menambahkan. Ada tujuh posisi di dalam organisasi PBB yang dipercayakan kepada Indonesia.
Pada Sidang ke-62 Majelis Umum PBB kali ini, peran yang diberikan kepada Indonesia cukup terhormat. Dan Desember mendatang, Indonesia menjadi tuan rumah konferensi PBB tentang perubahan iklim yang sangat diharapkan oleh masyarakat dunia. “Semua pemimpin dunia sangat berharap Konferensi Bali ini dapat membangun suatu kesepakatan global, membuat suatu road map, kerangka kerja baru untuk mengatasi perubahan iklim dan global warming. Jadi kita harus berhasil,” ujar SBY.
Acara buka bersama dan ramah tamah dihadiri oleh Dubes RI untuk AS Sudjadnan Parnohadiningrat, Wakil Tetap RI di PBB Marty Natalegawa, dan kelima Konsul Jenderal Indonesia di AS. Masing-masing konsultat mengajak seorang tokoh masyarakat Indonesia di wilayahnya. Sedangkan Presiden SBY didampingi Ibu Ani serta rombongan. Mereka, antara lain, Menko Kesra Aburizal Bakrie, Menlu Hassan Wirajuda, Menneg LH Rachmat Witoelar, Seskab Sudi Silalahi, Anggota Wantimpres Ali Alatas dan Emil Salim, serta dua Jubir Presiden, Dino Patti Djalal dan Andi A.Mallarangeng.
PBB, ujar Presiden, telah menetapkan Indonesia sebagai tuan rumah perhelatan tersebut. “Ini sebuah kehormatan sekaligus tantangan. Maka tiada lain yang harus kita kerjakan selain harus berhasil,” SBY menambahkan.
Sebelumnya Presiden menguraikan jatuh-bangun diplomasi Indonesia di mata dunia. Tahun 1999, Indonesia pernah “disidang” dalam Sidang Dewan Keamanan PBB. Lalu, setahun kemudian, lagi-lagi kita dipersalahkan akibat insiden tewasnya tiga petugas PBB di Atambua. Saat itu PBB marah luar biasa dan Indonesia nyaris dikucilkan dunia. Ancaman embargo dan sangsi ekonomi.
Indonesia saat itu diwakili Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono dan Menlu Alwi Shihab. Harus menjawab semua tudingan tersebut. “Dalam keadaan seperti itu, saya taruh paper (naskah pidato; red) saya. Saya menjawab secara lisan dan langsung. Saya katakan saya tidak akan banyak membuat promise, saya akan berbuat. Silakan nanti melihat apa yang akan Indonesia perbuat,” kata SBY menceritakan kisah tersebut.
Pelan-pelan, dunia mulai mempercayai Indonesia. Tahun 2005, ketika Indonesia hadir kembali dalam Sidang Majelis Umum PBB, penilaian dunia mulai berubah. “Kali ini standing kita makin tinggi. Tahun-tahun terakhir ini diplomasi kita mendapat pengakuan internasional,” SBY menambahkan. Ada tujuh posisi di dalam organisasi PBB yang dipercayakan kepada Indonesia.
Pada Sidang ke-62 Majelis Umum PBB kali ini, peran yang diberikan kepada Indonesia cukup terhormat. Dan Desember mendatang, Indonesia menjadi tuan rumah konferensi PBB tentang perubahan iklim yang sangat diharapkan oleh masyarakat dunia. “Semua pemimpin dunia sangat berharap Konferensi Bali ini dapat membangun suatu kesepakatan global, membuat suatu road map, kerangka kerja baru untuk mengatasi perubahan iklim dan global warming. Jadi kita harus berhasil,” ujar SBY.
Acara buka bersama dan ramah tamah dihadiri oleh Dubes RI untuk AS Sudjadnan Parnohadiningrat, Wakil Tetap RI di PBB Marty Natalegawa, dan kelima Konsul Jenderal Indonesia di AS. Masing-masing konsultat mengajak seorang tokoh masyarakat Indonesia di wilayahnya. Sedangkan Presiden SBY didampingi Ibu Ani serta rombongan. Mereka, antara lain, Menko Kesra Aburizal Bakrie, Menlu Hassan Wirajuda, Menneg LH Rachmat Witoelar, Seskab Sudi Silalahi, Anggota Wantimpres Ali Alatas dan Emil Salim, serta dua Jubir Presiden, Dino Patti Djalal dan Andi A.Mallarangeng.
|